DAMPAK PENANDATANGANAN ACFTATERHADAP INDUSTRI BERAS INDONESIA TAHUN 2017-2022

Lessy, Ayu Kartika (2024) DAMPAK PENANDATANGANAN ACFTATERHADAP INDUSTRI BERAS INDONESIA TAHUN 2017-2022. Bachelor thesis, Universitas Nasional.

[img] Text
COVER.pdf

Download (2MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (936kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (713kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (963kB)
[img] Text
LAMPIRAN (2).pdf

Download (2MB)

Abstract

Perjanjian perdagangan bebas dapat membawa dampak yang baik dan buruk bagi suatu negara. Indonesia yang menjadi bagian dari ACFTA tidak dapat terelapas dari hal tersebut. Salah satu sektor yang rentan akan dampak dari ACFTA adalah sektor industri beras. Sebagai negara dengan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani beras, Indonesia harus memanfaatkan adanya ACFTA untuk memajukan industri berasnya dan dapat meningkatkan kesejahteraan petaninya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif komparatif yang berfokus untuk membandingkan neraca ekspor impor beras Indonesi-China selama tahun 2017 hingga tahun 2022, angka kesejahteraan petani dalam negeri Indonesia, dan transfer of technology antara Indonesia dan China dalam bidang pertanian beras setelah adanya ACFTA. Teori globalisasi ekonomi digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian, diperoleh hasil penelitan bahwa pemerintah Indonesia belum berhasil memanfaatkan ACFTA untuk kemajuan indutri beras dalam negerinya. Indonesia berhasil swasembada beras dari tahun 2019 hingga 2021, namun belum berhasil untuk mengekspor ke China. Adanya ACFTA juga tidak membuat China berkontribusi langsung dalam memajukkan teknologi di bidang pertanian beras Indonesia. Dilihat dari nilai NTP petani Indonesia di tahun 2021 yang hanya bergerak di angka 100 – 102, bahkan terkadang turun hingga 96 atau 97. Angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan NTP China. Di tahun 2021, nilai NTP China mencapai 140 – 150 yang berarti nilai NTP di China dapat mencapai satu setengah nilai NTP di Indonesia. Pemerintah harus lebih berkomitmen dalam menyiapkan industri beras dalam negeri dengan menerapkan smart farming, pengembangan VUB yang lebih banyak menyesuaikan kondisi wilayah pertanian di Indonesia, dan memperketat impor beras serta meregulasi harga beras sehingga petani dalam negeri dapat memperoleh keuntungan yang lebih maksimal.

Item Type: Thesis (Bachelor)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
J Political Science > J General legislative and executive papers
Divisions: Skripsi > Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Program Studi Hubungan Internasional
Depositing User: Miss Rahma Rahmawati
Date Deposited: 03 May 2024 03:32
Last Modified: 06 May 2024 05:22
URI: http://repository.unas.ac.id/id/eprint/10920

Actions (login required)

View Item View Item